Anin Nabail Physics Blog

Learn physics anywhere and anytime

Kisah di Balik IPhO 2021

International Physics Olympiad (IPhO) 2021 telah berlangsung pada tanggal 17-24 Juli 2021. IPhO 2021 diselenggarakan secara daring oleh Lithuania. IPhO tahun ini merupakan IPhO ke-51 yang diselenggarakan sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1967. IPhO tahun ini diikuti oleh 386 peserta dari 80 negara. Indonesia sebagai salah satu peserta IPhO mengirim 5 orang perwakilan yang telah diseleksi mulai dari KSN 2020 hingga pelatnas tahap 1 dan 2 menuju IPhO 2021.

Kontingen Indonesia pada IPhO 2021

            Pada ajang IPhO 2021 Indonesia mendapat prestasi yang membanggakan. Di tengah kondisi PPKM darurat pada saat itu, Indonesia dapat menorehkan prestasi pada IPhO 2021. Indonesia berhasil meraih 3 medali perak dan 2 medali perunggu dengan rician sebagai berikut :

·       Joseph Oliver Lim (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), medali perak.

·       Edward Humianto (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), medali perak.

·       Mario Alvaro (SMAK Penabur Gading Serpong), medali perak.

·       M. ‘Anin Nabail ‘Azhiim (MAN 2 Kota Malang), medali perunggu.

·       Dean Hartono (SMAK Penabur Bintaro Jaya), medali perunggu.


            Kali ini aku ingin membagikan pengalamanku selama mengikuti IPhO 2021. Pembaca mungkin ada yang menyadari suatu hal. Mengapa dalam foto kontingen Indonesia pada IPhO 2021 di atas hanya 4 orang saja, padahal kontingen dari Indonesia ada 5 orang ? Ya, satu orang yang tidak ada di foto tersebut adalah aku sendiri. Ada kisah menarik yang aku alami selama mengikuti IPhO 2021.

.

Perjalanan dimulai sejak awal Juli 2021. 5 anak yang terpilih mewakili Indonesia pada IPhO 2021 setelah melalui seleksi pelatnas tahap 1 dan 2 akan mengikuti pelatnas tahap 3. Pada pelatnas tahap 3 diisi dengan simulasi tes teori maupun tes eksperimen IPhO. Direncanakan mulai 2 Juli 2021, pelatnas tahap 3 akan dimulai dari simulasi tes teori yang dilaksanakan secara daring kemudian nantinya akan dilanjutkan dengan simulasi tes eksperimen yang dilaksanakan secara luring menjelang pelaksanaan IPhO 2021.

Beberapa hari menjelang dimulainya pelatnas tahap 3, ada kabar bahwa pemerintah akan menerapkan PPKM darurat. Pada saat itu, kondisi penyebaran Covid-19 di Indonesia berada pada kondisi yang sangat parah dan mengkhawatirkan. Saat itu aku belum berpikir hal ini akan begitu mempengaruhi pelaksanaan IPhO yang akan aku jalani. Sebab, sebelumnya aku sudah mengikuti beberapa kompetisi yang memerlukan perjalanan ke luar kota di tengah pandemi dan semuanya berjalanan dengan lancar. Pelatnas tahap 3 pun dimulai sesuai tanggal yang telah ditentukan. Simulasi tes teori berlangsung dari tanggal 2 – 12 Juli 2021.

.

            Pada IPhO tahun ini, meskipun diselenggarakan secara virtual, panitia IPhO mengharuskan pelaksaan tes teori maupun eksperimen dilakukan secara onsite karena ada alat eksperimen yang dikirim oleh panitia penyelenggara sehingga tidak dimungkinkan tes diselenggarakan dari rumah masing-masing. Tiap tim harus berkumpul di satu tempat untuk mengerjakan tes sambil diawasi oleh pengawas dari perwakilan panitia IPhO. Setelah melalui rapat dan persetujuan dengan berbagai pihak, termasuk wali murid dari tiap peserta, akhirnya tim Indonesia sepakat untuk mengerjakan tes di suatu tempat di Jakarta. Selain itu, pada tanggal 14-16 Juli 2021 juga disepakati untuk melakukan simulasi tes eksperimen di tempat yang sama dengan lokasi tes IPhO nanti.

            14 Juli 2021, aku berangkat dari rumahku di Madiun menuju ke Jakarta. Awalnya aku ingin berangkat naik pesawat namun tidak jadi karena peraturan PPKM darurat mewajibkan tes PCR jika ingin naik pesawat. Saat itu di daerah tempatku tinggal tes PCR masih sangat mahal, ribet, dan hasil tesnya keluar dalam waktu yang lama. Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat naik kereta api karena cukup perlu tes antigen saja. Selain itu, semua pengguna kendaraan umum juga wajib memiliki sertifikat vaksin minimal dosis pertama. Sekitar satu minggu sebelum pelatnas tahap 3 dimulai aku sudah divaksin dosis pertama sehingga aku sudah memiliki sertifikat vaksin. Namun, karena aturan PPKM, hanya ada satu kereta saja dalam sehari yang berangkat menuju Jakarta dan berangkatnya pada malam hari. Siang harinya aku tes antigen di stasiun dan hasilnya negatif kemudian malam harinya aku berangkat ke Jakarta.

            Keesokan harinya akupun tiba di Jakarta pada dini hari. Aku langsung menuju hotel untuk segera istirahat karena pagi harinya sudah mulai simulasi eksperimen. Protokol kesehatan yang dijalankan benar-benar ketat. Satu kamar hotel hanya diisi oleh satu orang. Saat simulasi eksperimen berlangsung harus memakai masker KN95 dan face shield. Saat makan siang harus berjauhan. Tiap beberapa hari sekali akan dites antigen. Simulasi eksperimen berlangsung dari pukul 8.00 hingga 17.00.

.

            16 Juli 2021 merupakan hari terakhir simulasi eksperimen, tepat 1 hari sebelum pembukaan IPhO 2021. Siang harinya, para peserta IPhO dan pembina eksperimen menjalani tes antigen seperti yang direncanakan. Hasil tes antigen tersebut menunjukkan hasil negatif kecuali ada satu orang yang reaktif, yaitu aku sendiri. Aku pun tidak bisa melanjutkan simulasi eksperimen pada hari itu karena harus menjalani tes PCR untuk lebih memastikan hasil tes antigen. Pikiranku benar-benar kacau saat itu. Apalagi setelah itu aku diminta untuk menyiapkan diri jika terjadi kemungkinan terburuk. Jika hasil tes PCR menunjukkan hasil positif maka ada kemungkinan aku tidak bisa mengikuti IPhO dan harus menjalani isolasi di Jakarta atau dijemput langsung oleh orang tuaku karena aku tidak mungkin bisa naik kendaraan umum jika hasil tes PCR positif. Aku pun diantar oleh orang dari Puspresnas untuk menjalani tes PCR di lokasi dekat hotel tempatku menginap. Setelah itu aku langsung kembali ke hotel untuk istirahat dan menunggu hasil tes.

            Sesampainya di kamar hotel aku mencoba untuk menenangkan diri di tengah pikiranku yang sedang kacau. Hasil tes PCR baru akan keluar sekitar 16 jam setelah tes.  Aku terus berharap semoga hasil tes PCR negatif sehingga aku tetap bisa mengikuti IPhO secara normal. Selama aku menunggu hasil tes PCR, orang tua, pembina tim Indonesia, dan orang-orang dari Puspresnas terus memberikan dukungan dan motivasi supaya aku bisa menghadapi kondisi sulit ini. Aku harus siap menerima apapun yang akan terjadi setelah hasil tes PCR keluar nanti.

            Keesokan harinya aku bangun tidur pada waktu subuh dan mengecek pesan di handphoneku. Hasil tes PCR ternyata keluar lebih awal dari yang dijanjikan. Aku pun segera membuka hasil tes PCR tersebut dan hasil tes PCR tersebut menunjukkan bahwa aku terkonfirmasi positif Covid-19 bahkan dengan CT value yang cukup rendah. Namun, aku tetap bersyukur karena aku kemudian mendapat kabar bahwa dengan kondisi seperti ini masih memungkinkan untuk mengikuti tes IPhO dengan prosedur yang ketat dan kondisi fisik harus memungkinkan untuk mengikuti tes.

.

            Kondisi terkonfirmasi positif Covid-19 membuatku harus pindah dari hotel yang aku tempati sekarang menuju hotel yang memfasilitasi isolasi mandiri (isoman). Sabtu pagi, 17 Juli 2021 aku pun pindah menuju hotel isoman di derah Jakarta Selatan. Aku juga tidak bisa mengikuti tes di lokasi yang sama dengan keempat peserta lainnya melainkan harus mengerjakan tes di hotel tempat isoman. Nantinya akan ada pengawas yang khusus untuk mengawasiku tes di hotel tempat isoman.  Di hotel tempatku isoman ini aku merasa sendirian karena orang yang melakukan isoman tidak boleh berinteraksi dengan orang luar kecuali dengan perawat, dokter, dan petugas hotel. Selain itu aku juga terpisah dengan hotel tempat keempat peserta lainnya menginap. Aku juga hanya diperbolehkan keluar kamar untuk menuju tempat berjemur dan mengambil air minum saja. Aku harus isoman selama 10 hari hingga tanggal 27 Juli 2021. Padahal awalnya aku berencana pulang pada tanggal 22 Juli 2021 setelah semua tes selesai.

Hotel tempat isolasi mandiri

            Peserta IPhO tidak diperbolehkan memakai alat komunikasi apapun sejak pembukaan hingga tes teori selesai kecuali pada saat acara-acara hiburan yang telah dijadwalkan oleh penyelenggara. Hal ini membuatku berada pada kondisi yang sangat kesepian karena di tengah-tengah kondisi isoman seperti ini aku tidak bisa menghubungi siapapun karena handphone dan laptopku tidak boleh digunakan. Teman-temanku yang lain juga berada pada hotel yang berbeda sehingga tidak bisa aku hubungi lewat telepon di kamar hotelku. Hanya resepsionis hotel yang bisa aku hubungi. Bahkan, peraturan bagi tamu hotel yang melakukan isoman melarang aku untuk berpindah dari lantai kamarku (lantai 2) ke lantai yang lain. Aku hanya bisa jalan-jalan di sekitar kamarku dan di tempat berjemur yang disediakan hotel. Makan tiga kali sehari pun diantarkan ke depan kamar sesuai jadwal yang ditentukan. Di tengah kondisi seperti itu, aku tetap harus mempersiapkan diri karena tes eksperimen dan tes teori akan segera berlangsung.

.

            19 Juli 2021 merupakan hari pelaksanaan tes pertama, yaitu tes eksperimen. Tes akan berlangsung pada pukul 15.00 WIB. Namun, hari itu aku masih belum juga mendapat konfirmasi kepastian tempat pelaksaan tes. Kalau memang di hotel tempatku sekarang ini, aku belum tau di ruangan mana tesku akan dilaksanakan. Ketidakpastian ini membuatku khawatir karena aku menjadi ragu apakah aku jadi bisa mengikuti tes atau tidak. Masuk waktu dhuhur, masih belum ada kepastian juga. Aku terus berharap semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Pukul 14.30 WIB pikiranku mulai terasa kacau karena masih belum ada konfirmasi juga. Aku berusaha menelpon resepsionis hotel karena itu satu-satunya yang bisa aku hubungi saat itu. Aku menanyakan apakah ada orang yang menitipkan pesan untukku terkait pelaksanaan tes hari itu, namun hasilnya nihil.  Akhirnya, sekitar 10 menit menjelang tes ada orang mengetuk pintu kamarku. Alhamdulillah yang mengetuk pintu adalah pengawas tes yang akan mengawasiku.  Pengawas memintaku untuk untuk segera masuk ke ruang tes yang lokasinya ada di kamar pada lantai yang sama dengan lantai kamarku. Keempat peserta selain aku akan mengerjakan tes di satu lokasi yang berbeda denganku. Aku sangat lega karena akhirnya benar-benar tetap bisa mengikuti IPhO tahun ini.

            Tes eksperimen berlangsung selama 5 jam. Namun, aku merasa sangat kesulitan dengan tes eksperimen ini. Eksperimen ini berkaitan dengan elektronika (bila ingin tau seperti tes eksperimen tersebut, bisa klik di sini) dan ada intruksi yang sulit aku pahami yang membuat 2 jam pertamaku tidak mengerjakan apapun, hanya mengotak-atik alat eksperimen tanpa hasil. Mungkin ini akibat dari pikiranku yang menjadi kurang fokus akibat kekhawatiranku menunggu kepastian tes tadi. 3 jam berikutnya akhirnya ada beberapa bagian yang bisa aku pahami intruksinya dan berhasil mengambil serta mengolah data.

Suasana tes di hotel tempat isolasi mandiri

            Tes eksperimen selesai pada pukul 20.00 WIB. Selesai tes aku segera kembali ke kamarku. Malam itu, dari kejauhan aku mendengar suara takbir berkumandang. Malam itu merupakan malam Hari Raya Idul Adha. Malam hari raya kali ini aku lalui dengan begitu sepi. Tak ada siapapun di kamarku selain aku. Aku juga tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga maupun teman-temanku karena alat komunikasiku masih tidak boleh aku gunakan. Malam itu aku hanya takbiran dari dalam kamar ditemani suara televisi yang aku nyalakan supaya tidak terasa terlalu sunyi meskipun acara di televisinya tidak menarik.

.

            20 Juli 2021, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Untuk pertama kalinya aku tidak melaksanakan sholat id di masjid. Bahkan, untuk pertama kalinya juga aku melaksanakan sholat id sendirian. Pagi harinya aku melaksanakan sholat id di kamarku. Hari itu tidak ada tes apapun, hanya ada acara hiburan pada siang dan malam harinya. Akhirnya aku bisa menggunakan alat komunikasiku selama beberapa saat hingga acara hiburan selesai. Aku menelpon keluargaku untuk berkabar dan mengucapkan selamat hari raya. Namun aku menjadi khawatir karena mendapat kabar bahwa beberapa anggota keluargaku sakit sehingga keluargaku pun masing-masing juga sholat id sendirian di rumah. Orang tuaku menyuruhku untuk jangan terlalu memikirkan yang di rumah, fokus saja pada tes teori yang akan aku jalani besok. Setelah acara hiburan selesai, alat komunikasiku kembali tidak boleh digunakan hingga setelah tes teori esok hari.

            21 Juli 2021, merupakan hari pelaksanaan tes teori. Kali ini aku lebih tenang karena sudah tidak perlu khawatir dengan kepastian pelaksaan tes seperti saat menjelang tes eksperimen sebelumnya. Lokasi dan waktu pelaksaan tes masih sama seperti tes eksperimen sebelumnya. Alhamdulillah pada tes teori kali ini, meskipun tidak pada semua bagian soal, aku merasa lebih bisa mengerjakan daripada saat tes eksperimen (bila ingin tau seperti tes teori tersebut, bisa klik di sini). Setelah tes teori selesai akhirnya aku bisa menggunakan handphone dan laptopku kembali. Sekarang aku tinggal menunggu pengumuman medali yang akan diumumkan pada tanggal 24 Juli 2021 dan aku juga berharap agar segera negatif dari Covid-19 sehingga sudah bisa pulang pada tanggal 27 Juli 2021 nantinya.

.

            Singkat cerita, Sabtu malam, 24 Juli 2021, tibalah pengumuman medali IPhO 2021. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa aku akan mengikuti IPhO dalam kondisi seperti ini. Semua terasa baik-baik saja saat aku berangkat dari rumah. Aku mengikuti IPhO 2021 dari awal sampai akhir dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19 dan harus melakukan isolasi mandiri di tempat yang berbeda dari teman-temanku peserta IPhO yang lain. Aku sempat ragu apakah aku masih bisa mendapat medali meskipun tes eksperimenku cukup kacau dan ada beberapa kesalahan yang aku lakukan saat tes teori. Namun akhirnya aku sangat beryukur karena berhasil mendapat medali perunggu. Setelah semua perjuangan dari KSN, pelatnas, hingga IPhO di tengah isolasi mandiri, aku sangat mensyukuri hasil pada IPhO kali ini. Keempat temanku yang lain juga berhasil mendapat medali sehingga total Indonesia mendapat 3 medali perak dan 2 medali perunggu.

            Setelah pengumuman medali selesai dan IPhO telah resmi ditutup, diadakan penutupan internal dengan pihak Puspresnas. IPhO kali ini rupanya bersamaan juga dengan beberapa kompetisi internasional yang lain yaitu International Biology Olympiad (IBO) dan International Mathematical Olympiad (IMO). Seluruh kontingen Indonesia pada kedua ajang tersebut juga berhasil meraih medali. Penutupan internal ini resmi mengakhiri rangkaian persiapan kontingen Indonesia IPhO, IBO, dan IMO dari KSN 2020, pelatnas, hingga pelaksanaan kompetisinya.

Penutupan internal bersama Pusprenas, tim IBO, dan tim IMO

            Kabar gembira kembali datang saat penutupan internal berlangsung. Puspresnas akan merekomendasikan para peraih medali internasional, terlebih yang baru saja lulus dan bukan masuk fakultas kedokteran, untuk mendapat Beasiswa Prestasi Talenta. Beasiswa ini merupakan program yang baru dijalankan tahun ini dan ditunjukkan khususnya kepada para pemenang kompetisi nasional yang diselenggarakan oleh Puspresnas maupun pemenang kompetisi internasional yang difasilitasi maupun tidak difasilitasi oleh Puspresnas. Sekali lagi aku benar-benar bersyukur atas karunia-karunia yang aku dapat, terlebih setelah semua yang aku lalui hingga sampai di titik ini.

            IPhO 2021 telah berakhir, tinggal menunggu masa isolasi mandiriku selesai sehingga akhirnya aku bisa pulang ke rumah. 25 Juli 2021, pagi harinya aku mengabari orang tuaku tentang kabar gembira yang aku dapatkan kemarin malam. Orang tuaku sangat bersyukur atas semua yang berhasil aku raih. Terlebih lagi, beasiswa yang aku dapat dapat membantu meringankan biaya kuliahku nanti. Sekarang aku tinggal menunggu tes PCR yang akan dilakukan pada pagi hari tanggal 27 Juli 2021 supaya aku bisa segera pulang.

.

            Namun, ujian masih belum berakhir. Hari itu aku mendapat kabar bahwa sebagian besar keluargaku juga terinfeksi Covid-19, bahkan sebagian mengalami gejala yang berat. Keluargaku di rumah sampai kesulitan mencari obat-obatan dan tabung oksigen. Namun alhamdulillah masih bisa mendapat stok-stok akhir tabung oksigen yang tersedia. Keluargaku di rumah juga melakukan isolasi mandiri. Kabar tersebut membuatku merasa sangat khawatir. Di kondisiku sekarang yang sendirian dan jauh dari rumah, keluargaku mengalami kondisi seperti itu. Orang tuaku terus memberi dukungan moral dan motivasi supaya bisa menghadapi masa sulit ini. Mereka mengatakan bahwa yang terpenting sekarang aku harus fokus pada kesehatanku sendiri supaya saat tes PCR nanti hasilnya negatif dan aku bisa segera kembali ke rumah. Aku terus berusaha tenang dalam menghadapi kondisi ini dan terus berdoa semoga semua keluargaku segera diberikan kesehatan dan kesembuhan atas semua penyakit yang sedang dialami saat ini.

            26 Juli 2021, pagi harinya aku menjalani tes PCR. Hasil tes akan keluar keesokan harinya. Aku berencana untuk pulang menggunakan kereta api keesokan harinya. Aku terus optimis supaya hasil tesku negatif. Malam harinya aku mengemasi barang-barangku untuk kepulangan nanti.

            27 Juli 2021, siang harinya hasil tesku kemarin keluar. Aku sangat bersyukur karena akhirnya aku terkonfirmasi negatif Covid-19 dan bisa pulang ke rumah setelah hampir dua minggu berada di Jakarta. Dua minggu yang telah aku hadapi ini benar-benar akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan tak terlupakan. Kereta yang berangkat dari Jakarta ke Madiun saat itu masih dibatasi satu kereta saja. Sehingga, aku berangkat pada malam harinya.

            28 Juli 2021, pada waktu subuh akhirnya aku tiba kembali di rumah. Kondisi keluargaku saat itu masih belum membaik. Namun setidaknya sekarang aku tidak berada jauh dari rumah lagi. Aku dan keluargaku terus berusaha supaya dapat melewati masa sulit ini. Hingga akhirnya setelah beberapa minggu, keluargaku berhasil sembuh dan pulih seluruhnya. Aku dan keluargaku sangat bersyukur karena keluargaku berhasil melalui masa-masa sulit dan semuanya diberi kesembuhan  dan kesehatan dari penyakit yang dialami. Selain itu, Beasiswa Prestasi Talenta yang telah direkomendasikan saat penutupan internal yang lalu akhirnya diumumkan dan aku berhasil lolos sebagai salah satu awardee.

.

            Itulah kisah di balik IPhO 2021 yang bisa aku ceritakan di tulisan ini. Aku harap semua yang aku ceritakan ini dapat memberikan manfaat dan motivasi kepada para pembaca untuk untuk selalu sabar dan tegar dalam menjalani setiap masalah dan cobaan juga selalu semangat dalam berprestasi. Ingatlah juga untuk selalu berhati-hati dan menjaga protokol kesehatan selama pandemi sekarang ini. Meskipun mungkin sekarang sudah mereda, namun kita harus tetap waspada supaya kita tidak mengalami gelombang kenaikan kasus Covid-19 lagi. Terima kasih sudah membaca cerita ini dari awal hingga akhir.