Catatan Webinar : Science and Religion in the Prespective of Islamic Philosophy
Bulan ini aku mengikuti webinar yang berjudul “Science and Religion in the Prespective of Islamic Philosophy”. Webinar ini membahas tentang relasi antara sains dan Islam. Pemateri pada webinar ini adalah Prof. Dr. Husin Alatas dari IPB. Pada kesempatan ini aku ingin membagikan catatan materi webinar tersebut. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Poster Webinar |
Sekilas tentang Sains
Sains merupakan hasil kerja sama yang telah dilakukan manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sains merupakan hal yang kontinyu, terus berkembang dari zaman ke zaman, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kita tidak bisa melihat kemajuan sains pada zaman sekarang tanpa melihat sejarah panjang perkembangan sains sejak zaman dahulu. Terdapat beberapa ciri dari sains, antara lain :
# Sains bersifat terstruktur karena ada metode saintifik.
# Sains terbukti melalui observasi dan eksperimen yang dapat diulang pada waktu serta tempat yang berbeda dan memberikan hasil yang sama / konsisten.
# Kebenaran deskripsi sains terhadap alam semesta bersifat relatif dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
Sains telah mengalami sejarah yang panjang. Sains diawali oleh filsuf Yunani kuno yang mengenalkalkan filsafat alam. Pada masa islamic golden age, Ibnu Haytham mengenalkan metode saintifik dan Al-Khawarizmi mengenalkan sistem bilangan dan aljabar. Ketiga hal tersebut melahirkan sains modern. Sains modern dimulai setelah era Descartes yang memperkenal reduksionisme dan dikukuhkan oleh Isaac Newton melalui berbagai kontribusinya dalam matematika, mekanika, optik, dan sebagainya.
Perkembangan sains didorong oleh keingintahuan dan kebutuhan umat manusia. Perkembangan yang didorong oleh keingintahuan misalnya Isaac Newton yang ingin tahu mengapa gerakan planet yang telah teramati seperti demikian adanya. Perkembangan yang didorong oleh kebutuhan misalnya Al-Zarkawi yang melakukan penelitian dan menemukan penggunaan usus kucing untuk pembedahan. Akselerasi sains semakin berkembang ketika perangkat analisis matematis semakin berkembang. Perkembangan sains juga didukung oleh perkembangan sistem instrumentasi untuk keperluan alat ukur (eksperimen) dan alat observasi.
Ranah dari sains sangatlah luas. Sains mempelajari partikel terkecil yang lebih kecil daripada atom hingga keseluruhan alam semesta yang teramati oleh manusia. Sains didukung oleh statistik dan ilmu komputer dalam mempelajari hal-hal di alam semesta. Selain itu, instrumen juga menjadi hal yang krusial dalam sains. Instrumen diperlukan karena tidak semua hal dapat dilihat oleh mata manusia. Sebagai contoh, instrumen observasi cahaya inframerah digunakan untuk mengamati alam semesta.
Islam dan Sains
Terdapat relasi antara Islam dan sains. Islam bersifat top-down, yaitu berdasarkan keimanan pada wahyu yang turun dari langit melalui ayat-ayat qauliyah. Sains bersifat bottom-up, yaitu berawal dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan kemudian melakukan eksperimen dan observasi untuk mendapatkan suatu pemahaman. Bagi seorang muslim, keduanya tidak bertentangan dan pasti akan bertemu di satu titik.
Islam memandang positif ilmu pengetahuan baik yang terstruktur maupun tidak. Ilmu pengetahuan yang terstruktur contohnya adalah sains yang memiliki metode ilmiah. Pengetahuan yang tidak terstruktur misalnya local wisdom atau kearifan lokal yang terdapat pada suatu masyarakat. Islam memandang bahwa Allah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang darinya diajarkan ke manusia baik secara top-down (wahyu) maupun bottom-up (sains). Allah menciptakan manusia sebagai khalifah atau pemimpin. Kepemimpinan yang baik hanya dapat dilakukan melalui pengetahuan yang diberikan oleh Allah.
Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan salah satunya ditunjukkan pada Q.S. Al-‘Alaq : 1-5. Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Allah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada manusai dengan perantara pena. Pena mengisyaratkan adanya usaha dalam menemukan dan membacanya (bottom-up), berbeda dengan wahyu yang bersifat langsung dari Allah, bahannya sudah ada dan manusia tinggal mempelajarinya saja.
Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan juga terdapat dalam Q.S. Ali-Imron : 190-191. Ayat tersebut berisi motivasi seorang muslim dalam membangun sains. Sains dalam Islam tujuannya adalah untuk memahami bahwa Allah tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia sehingga semakin memperkuat keimanan dan ketaqwaan pada Allah. Perlu diingat bahwa fondasi dalam sains adalah berpikir. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an yang memicu manusia untuk berpikir.
Isyarat Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an
Penting untuk diingat bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu sains, namun Al-Qur’an salah satunya adalah al-huda. Al-Qur’an sangat penting karena membawa petunjuk dan pembeda yang benar dan yang salah bagi manusia. Namun dalam terdapat sekitar 800 ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat keterangan dan isyarat mengenai alam semesta serta perumpaan yang dikaitkan dengan fakta. Ayat-ayat tentang ini masih belum banyak dikaji sebagaimana ayat-ayat tentang fiqih dan syari’ah. Dari prespektif sains modern, isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an ada yang sekarang sudah bisa dipahami dan ada yang sekarang masih belum dapat dipahami.
Isyarat mengenai alam dalam Al-Qur’an salah satunya ditunjukkan oleh banyak surah yang terkait dengan alam. Sebagai contoh yaitu An-Nahl (lebah), An-Nur (cahaya), dan An-Naml (semut). Banyak hal yang dapat kita pelajari dari nama-nama surah tersebut apabila mau meneliti secara lebih mendalam. Misalnya lebah dan semut yang memiliki kesadaran kolektif dalam kelompoknya serta cahaya yang banyak mengungkap berbagai misteri dan membuat banyak terobosan dalam ilmu Fisika. Terdapat banyak redaksi yang sifatnya petunjuk namun diselipkan isyarat terkait hal ilmiah. Banyak pula terdapat tantangan dalam Al-Qur’an kepada manusia untuk berpikir tentang penciptaan.
Banyak inspirasi dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Inspirasi-inspirasi tersebut antara lain sebagai berikut :
# Menginspirasi orang untuk terus berpikir logis dan rasional serta terus melakukan observasi.
# Menginspirasi untuk dapat memahami alam dengan jauh lebih baik, supaya dapat menjumpai bahwa tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia.
# Menginspirasi untuk melakukan kajian yang mendalam terhadap hal-hal yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
Meskipun demikian, jangan mengharapkan keterangan detail mengenai alam semesta dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an bukan merupakan kitab sains. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha memahami hukum-hukum Allah di alam yang tidak berubah sejak dahulu. Q.S. Al-Mulk : 3 mengisyaratkan adanya observasi yang harus dapat diulang. Selain itu, aturan ibadah dalam Islam juga memicu manusia untuk berpikir logis, misalnya menggunakan jam matahari untuk menghitung waktu sholat. Islam dan sains itu sejalan sebagaimana yang telah dibuktikan di abad pertengahan pada masa islamic golden age. Keduanya tidak perlu dipertentangkan.
Mengapa Alam Semesta Menarik untuk Dipelajari ?
Alam semesta memiliki karakteristik-karakteristik yang menarik, di antaranya sebagai berikut :
# Alam semesta memiliki karakteristik kestabilan yang tunduk pada prinsip energi minimum. Hal ini sering disebut sebagai God's given rule.
# Alam semesta meskipun tampak besar dan rumit namun dikendalikan oleh hukum alam yang relatif sederhana karena masih bisa dipahami oleh manusia.
# Alam semesta memiliki tingkat ketelitian yang amat tinggi. Sebagai contoh, terdapat konstanta gravitasi yang apabila nilainya berbeda sedikit saja dari yang sekarang teramati, maka bisa jadi tidak ada kehidupan di bumi karena gravitasi menjadi kurang mendukung kelangsungan hidup di bumi.
Keterbatasan Sains
Meskipun sains dapat menjelaskan berbagai hal di alam semesta dengan sangat baik, namun sains tetap memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah teori kuantum masih belum benar-benar bisa dipahami oleh manusia. Dalam dunia subatomik kita hanya dapat melakukan prediksi probabilitas suatu kejadian, tanpa mengetahui dinamika yang sebenarnya terjadi dalam dunia sub-atomik. Pengetahuan tentang dunia sub-atomik sangat sedikit namun bisa dimanfaatkan dengan sangat baik.
Penutup
Masih terdapat banyak misteri dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan isyarat tentang alam. Misalnya hasil observasi dan perhitungan saat ini menunjukkan bahwa alam semesta mengembang dipercepat. Namun di Q.S. Al-Anbiya' disebutkan bahwa alam semesta akan digulung seperti kondisi awal. Isyarat ini perlu dikaji lebih mendalam. Contoh lain yaitu tentang ruh. Allah tidak memberi pengetahuan tentang ruh pada manusia melainkan hanya sedikit. Keberadaan misteri-misteri ini seharusnya dapat memicu umat Islam untuk semakin bersemangat dan termotivasi dalam mempelajari dan mengkaji ilmu pengetahuan serta berkontribusi pada perkembangan sains dan teknologi global.
Posting Komentar